Hari Sabtu yang Normal

Hari ini Sabtu, 18 Mei 2013. Tidak ada hal yang istimewa dari hari ini. Hari ini berjalan dengan normal.

Tapi itulah keistimewaannya. Setelah lewat 4 hari sejak kembali ke Bandung, akhirnya saya bisa menjalani satu hari yang tidak banyak menuntut saya menjadi sesuatu. Akhirnya, saya bebas dari segala kegiatan, kewajiban, tawaran, ajakan, dan apapun itu yang memaksa saya untuk sementara mengurus apa yang di luar diri saya.

Hari ini, saya bebas untuk menyelesaikan urusan dengan diri sendiri. Bebas untuk mengatur hidup yang mungkin sedang berantakan, bisa dilihat dari kamar kos saya yang rupanya sudah tidak karuan.

Hari ini dimulai jam 10 pagi ketika saya akhirnya bisa melepaskan keinginan untuk bergumul bersama kasur sepanjang hari, menyadari betapa parahnya kamar yang sudah mulai berantakan. Saya lantas membereskan kamar, mencuci baju yang biasa dicuci dengan tangan, merapikan lagi susunan perabot di kamar, dan akhirnya mandi untuk menutup semua rangkaian kegiatan itu. Hasilnya? Luar biasa. Hati jadi lebih plong melihat kamar yang juga sudah bersih dan plong. Meskipun jadi terasa agak kosong. Hahaha.

Sorenya, saya berencana ke supermarket untuk membeli sabun dan parfum, dua amunisi penting yang sudah habis dan harus segera diisi ulang. Namun ternyata saya terlalu malas dan malah memutuskan untuk tidur sore.

Malamnya, saya mengajak pacar untuk makan malam di sebuah tempat makan baru di Bandung. Namanya Kedai Grekka. Tempat ini menjual makanan bercita rasa Yunani. Sebenarnya pacar yang sudah ingin ke situ dari minggu lalu, tapi selalu gagal karena kami selalu baru selesai dengan segala urusan dengan orang lain di kampus di atas jam 9 malam. Tempat makannya terbuka, menu makanannya unik, rasanya pun demikian. Tapi enak. Menu makanan di sana bisa diintip di sini. Kami makan biasa, Kami kencan biasa. Hanya kebersamaan saja yang biasa. Bukan yang lantas diisi dengan diskusi-diskusi mengenai hidup dan apa yang terjadi.

Selesai makan, saya mampir ke minimarket dekat kosan untuk mengisi amunisi yang mau tidak mau memang harus diisi. Si sabun dan parfum tadi.

Biasa saja ya? Ya, hari saya hari ini memang sangat biasa. Bandingkan dengan keseharian saya yang jauh lebih menarik. Mengurusi bagaimana penjagaan dan penerusan nilai-nilai organisasi kepada anak-anak muda yang akan memegang organisasi, mengurusi bagaimana organisasi itu sendiri berjalan, melihat sekeliling dan membuka mata pada keadaan yang tidak wajar, mendapat banyak kejutan bahwa dunia itu kadang hanya permainan, dan banyak hal lagi, yang sudah tidak lagi menarik bagi saya karena sifatnya yang rutin. Ya, rutinitas memang membunuh.

Buat saya, hari ini luar biasa istimewa. Hari di mana saya bisa mendapat waktu untuk menyelesaikan urusan dengan diri sendiri tanpa harus mengabaikan urusan lain yang seharusnya dikerjakan. Hari di mana saya boleh menjadi egois karena memang lingkungan sedang tidak menuntut saya berbuat sesuatu. Yah, setidaknya tuntutannya tidak berupa sesuatu yang formal dan menjadi kewajiban.

Ya, pada waktu-waktu seperti ini saya sangat menikmati menjadi egois. Mengapa? Karena meskipun saya memang belum banyak memberi ke sekitar, tapi saya selalu merasa bahwa memberi itu adalah kewajiban. Saya selalu pada akhirnya berpikir bahwa memberi itu adalah sesuatu yang harus. Bahwa menjadi peka dengan sekitar adalah hal yang wajar yang harusnya dipunyai manusia. Bahwa memiliki rasa peduli dan mau memberi pada sekitar adalah hal yang memang harusnya saya lakukan. Padahal pada saat suatu hal menjadi harus, maka buat saya hal itu hanya akan menjadi harus saja. Bukan sesuatu yang bisa saya lakukan secara natural.

Ah entahlah, kalau mengutip istilah orang-orang yang belakangan ini sedang saya kenal dekat, saya ini zombie, tidak punya rasa kemanusiaan, ya berarti bukan manusia.

Padahal yang ingin saya lakukan itu sebenarnya ya menyelesaikan urusan dengan diri sendiri lebih dulu. Baru membuka mata untuk menyelesaikan urusan orang lain. Dan ini terjadi juga, kok. Untuk beberapa aspek dari hidup saya. Ada beberapa aspek yang saya sudah merasa selesai sehingga bisa mulai memberi. Tapi sayangnya memang masih banyak yang belum selesai. Ah entahlah. Saya pun masih belum cukup mampu untuk menilai mana yang ego dan mana yang memang belum selesai.

Tapi setidaknya hari ini saya bisa menyelesaikan beberapa urusan dengan diri sendiri yang sudah cukup lama tertunda karena hari-hari yang sudah berubah menjadi kumpulan gerak.